Sebenarnya sudah lama saya tak menulis lagi. Ada rasa rindu menekan tombol-tombol di laptop toshibaku. Tapi setiap kali duduk manis depan laptop, selalu saja ada keinginan untuk membaca artikel-artikel menarik atau ngedit-ngedit poto. Jadinya setiap mau nulis bawaanya malas aja. Atau kadang sudah nulis tapi nggak sampai dua paragraf idenya udah pada kabur sehingga tulisan tak pernah rampung.
Memang menulis adalah sebuah keterampilan. Dan keterampilan harus selalu dilatih. keterampilan mengungkapkan perasaan lewat tulisan tak semudah yang dibayangkan. Padahal cita-citaku ingin menerbitkan sebuah buku tentang remaja. Nulis aja malas. Emang seh dua bulan lebih ini aku terfokus menghadapi ujian sehingga tidak sempat untuk menulis. padahal pas ujian banyak banget ide yang berkeliaran. Tapi sayang nggak ditangkap dan diikat lewat tulisan.
Oya, saya sebenarnya pengen cerita tentang kehidupan sekitar kampus Al Azhar. Tempatku hidup dan menimba ilmu, tempat saya mondar mandir tiap hari. Apa aja seh yang saya jumpai di sana. Apakah ada pelajaran yang dipetik disetiap perjalanan.
Now, Ane pengen cerita tentang Kantin Al Azhar. Kantin yang selalu dikerubungi oleh Mahasiswa-mahasiswa mancanegara. Kebayang nggak yha? gimana seh bentuknya kantin Al Azhar? Apakah besar kayak gedung dengan fasilitas lengkap? Cause, kalo di Indonesia hampir setiap fakultas ada kantinnya, Yha nggak?!
Penasaran yha...gimana kantin Kampus Islam tertua di dunia? Masyi habibi, ane akan kasih tahu antum dengan jujur. Sebenarnya kantin Al Azhar itu tidak semegah dan sekeren kantin yang pernah kita lihat di Indonesia. Kantin Al Azhar hanya sebuah gerobak yang menjual makanan-makanan mesir. Kantin ini terletak persis di depan pintu gerbang bagian belakang. Tapi anehnya kantin ini selalu dipenuhi mahasiswa-mahasiswa asing. termasuk diriku kalo lagi laper dan nggak makan pagi di rumah. Biasanya aku sering pesan "wahid tho'miyah bil baidh dan wahid syibsi". Itu saja sudah membuat perutku kenyang. Alhamdulillah.
Itu baru kantin Akhi..sekarang ada lagi kisah Bapak tua dan buku bekasnya. Setiap hari ia selalu memajang buku-buku bekasnya. Meskipun jarang sekali yang mau mampir ke tempatnya. Tapi beliau selalu tampak tabah dalam menjalani hidupnya. Meskipun dengan menjual buku-buku bekas.
Di belakang kampus Al Azhar banyak terdapat maktabah-maktabah yang menjual banyak buku. Mulai dari bukut turots sampai buku-buku kontemporer. Kadang ketika suntuk dan bete, saya suka jalan-jalan sambil ngeliat-liat buku bagus. Kalau kebetulan ada buku bagus dan ada uang langsung beli dhe. ^_^. Maktabah Iqro' dan maktabah Dar Es Salam adalah maktabah yang paling sering saya kunjungi. Sebab di sana banyak dijual buku-buku bagus dan harganya lumayan terjangkau oleh kocek mahasiswa.
Selain banyak toko buku di belakang kampus Al Azhar. Sebagian kawan-kawan Indonesia juga tinggal di kawasan ini. Karena rumah di sini lumayan murah ketimbang sewa yang ada di Hay Asyir. Kebanyakan juga mahasiswa Indonesia yang tinggal di sini adalah para talaqqers sejati. Yap, mereka adalah orang-orang yang mempunyai semangat menuntut ilmu yang luar biasa kepada para masayikh-masayikh Al Azhar di ruwaq-ruwaq masjid Al Azhar.
Dan kalau mau pulang ke hay Asyir biasanya nunggu di mahattoh Darrasah. Tak jauh dari mahattoh ini, ada sebuah masjid yang sering dikunjungi pelajar asing. Masjid ini adalah tempat bagi yang ingin menyetor atau sekedar membaca Al Qur'an kepada seorang syekh. Syekh Asrof namanya. sudah banyak teman-temanku yang sudah mendapatkan sanad dari beliau. 
Yha, itulah kehidupan di sekitar kampus Al Azhar yang sering saya jumpai ketika kuliah. Sebenarnya ada banyak hikmah yang tercecer yang bisa dipetik dari kehidupan di sekitar kita. Hanya saja kita sering lupa dan tidak peduli dengan lingkungan tempat kita hidup. Semestinya kita banyak belajar dari orang-orang yang hidup di sekitar kita. Baik itu kawan, ustad, pedagang, tukang sampah, astho alias supir. Semoga kita termasuk orang-orang yang belajar dan terus belajar.
Akhrie Robbani

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 Postingan
Postingan
 
 
0 komentar:
Posting Komentar