Perjalanan Menambatkan Hati ke Alexandria

Jumat, 19 November 2010

Masih ingat dengan novel Ketika Cinta Bertasbih yang ditulis oleh Kang Abik, kayaknya semua sudah tahu dhe, khan difilmkan juga dengan dibintangi Oki Setiana Dewi sebagai Anna Althafunnisa dan Cholidi Asadil Alam sebagai Khairul Azzam.

Di awal novel ini bercerita tentang pengorbanan seorang Mahasiswa Al Azhar yang banting tulang untuk membiayai adik-adiknya yang masih bersekolah di Indonesia bahkan rela untuk menjual tempe ke rumah-rumah mahasiswa Indonesia yang ada di Kairo.

Novel ini juga bercerita tentang keindahan pantai Alexandria kota kedua termegah setelah Cairo dan di sini juga tempat berlabuhnya kapal-kapal pesiar yang berasal dari Eropa, karena letak kota ini persis di tepi laut Mediterania.

Bagi teman-teman mahasiswa Indonesia yang belajar di Al Azhar kota Alexandria sudah tidak asing lagi karena setiap kali liburan musim panas setelah ujian, biasanya teman-teman mahasiswa menghabiskan liburan dengan pergi jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang ada di Mesir karena Mesir memang kaya dengan wisata Alam yang menakjubkan ditambah lagi situs-situs kuno zaman Fi'aun dan zaman Romawi berkuasa di Mesir. maka tak heran banyak turis-turis asing yang berkunjung ke negeri Pak Husni Mubarak ini.

Alhamdulillah hari kamis kemarin adalah hari yang terindah dalam hidupku, aku dan teman-teman satu rumah berangkat menuju kota Alexandria, pukul setengah enam pagi setelah menunaikan sholat shubuh kami sudah meluncur meninggalkan Kairo. 225 km adalah jarak yang cukup jauh untuk ditempuh. Sepertin saat menuju Suez, sepanjang perjalanan dari Cairo menuju Alexandria kiri dan kanan jalan dipenuhi gurun pasir. Namun tidak seperti Suez, di gurun – gurun ini juga berdiri beberapa bangunan, pomp bensin, super market kecil beserta mesjid. Hal ini mungkin dikarenakan ada lebih banyak bisnis di Alexandria.

Perjalanan memakan waktu hampir tiga jam, Saat tiba di Alexandria sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. tujuan pertama kami adalah Benteng Qaitbay. Benteng Qaitbay ini dianggap sebagai benteng pertahanan yang penting, tidak hanya di Mesir tetapi juga di sepanjang pantai di Laut tengah. Benteng ini didirikan oleh Sultan Qaitbay Al Zahiry (1468 – 1496 M) yang begitu menyukai seni dan asrsitektur.

Setelah dari Qaitbay kami melanjutkan perjalanan ke Masjid terindah di kota Alexandria dan di dekat masjid tersebut banyak makam-makan para aulia. setelah puas berpose di depan masjid megah itu kami melanjutkan ke sebuah makam seorang tokoh, akupun tak tahu siapa tokoh tersebut tapi tempatnya tepat di tengah kota Alexandria dan dikelilingi dengan bangunan yang bercorak romawi.

Akhirnnya kamipun meluncur ke Masrah Rumani yaitu bekas peninggalan bangsa Romawi dulu yang ada di kota ini dan dahsyatnya ada sebuah batu tempat berdiri yang manakala kita berbicara maka suara kita seakan-akan memakai mikrofon, karena batu itu pas di tengah-tengah Masrah Rumani tersebut, katanya sih batu itu tempat orang-orang berpidato.

Tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi perpustakaan termegah yang ada di Alexandria, perpustakaan selalu penuh dikunjungi oleh para wisatawan karena di dalamnya terdapat koleksi buku yang sangat banyak dan arsitektur bangunannya begitu indah dimana di depan perpustakaan terdapat kolam besar yang begitu luar biasa.

Matahari semakin merebahkan dirinya ke arah barat,kami langsung menuju tempat teindah di Kota Alexandria yaitu Pantai Montazah. di dalam pantai Montazah terdapat taman-taman yang begitu indah dengan dihiasi kebun kurma nan rindang, maka tidak heran banyak pengunjung yang menikmati masa liburannya di di Montazah Garden. Sebelum pulang kami menyempatkan untuk singgah di depan istana Raja Faruq yang begitu megah, Sepoian angin montazah kerap menjadi magnet bagi para pelancong tiap kali mampir di Alexandria.

Oya bagi yang lapar di tengah kota Alexandria, tidak usah khawatir karena ada beberapa Restaurant milik mahasiswa Indonesia yang terletak di Alexandria, setelah makan malam di Restaurant Mumtazah milik salah satu mahasiswa Indonesia yang ada di Alexandria dengan menu ala Indonesia, Akhirnya pukul setengah satu kami kembali ke Istana SINAI di Kairo, meskipun Kairo begitu membosankan dengan segala pernak-perniknya itu merupakan nikmat Allah yang paling besar bisa menginjakkan kaki di negerinya para Azhari. 

Cairo, 19 November 2010
Istana SINAI

2 komentar:

Mulyati Zamzami mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Mulyati Zamzami mengatakan...

Terima kasih sharing ceritanya. In shaa Allah awal Bulan depan menuju ke Alexandria.

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Generasi Rabbani All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.