Ikhwati
fillah…
Dari kita
bangun pagi hari ini sampai tidur kembali, tanyakan pada diri kita “kebajikan
apa yang kita lakukan hari ini”. Adakah kebajikan yang kita lakukan lebih
banyak daripada maksiat. Atau malah sebaliknya kita lebih banyak melakukan
kemaksiatan ketimbang kebajikan.
Berbuat
kebajikan atau berbuat maksiat sama-sama mudah. Tinggal kita saja mau pilih
yang mana. Allah sudah memberikan kita pilihan. Jalan menuju ke surga atau
jalan ke neraka. Pilihan ada di tangan kita, bukan di tangan orang lain. Mau
jalan ke surga maka jadilah orang yang saleh. Tapi kalau mau jalan ke neraka
maka jadilah orang-orang yang pembangkang atas perintah Allah.
Akhi…ketahuilah
bahwa kita semua adalah hamba. Yha, dan seorang hamba harus patuh kepada
Tuannya. Dan “Tuan” kita sudah memberikan perintah untuk selalu beribadah
kepada-Nya. “Dan tidak Kuciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku”. Pantaskan seorang hamba membantah perintah yang diberikan “Tuan”.
Siapakah diri
kita yang sering kali berlagak sombong dan angkuh. Tak ada yang bisa banggakan
di atas dunia ini. Karena semuanya adalah milik Allah. Dan Allah berhak untuk
mengambilnya kapan saja. Kita hanya manusia yang kemana-mana selalu membawa kotoran.
Bukankah kita diciptakan dari air mani yang jika dijual niscaya tidak akan
pernah laku.
Sekarang kita
tahu bahwa posisi kita hanyalah seorang hamba yang harus taat kepada “Tuan”nya.
Maka tak ada pilihan selain menyegerakan untuk berbuat kebajikan. Karena dengan
kebajikan kita bisa meraih surga-Nya yang seluas langit dan bumi. Senyuman yang
penuh keikhlasan di depan saudara kita merupakan kebajikan. Mengucapkan salam
kepada orang lain juga kebajikan. Mendoakan saudara seiman dan masih banyak
macam kebajikan yang mesti kita kerjakan.
Lalu mengapa
kita harus menyegerakan kebajikan dan amal saleh. Pertama: Karena aset waktu
yang kita punya hanya saat ini. Yha saat ini, detik ini, karena kemarin sudah
berlalu dan tidak akan kembali lagi. Kebajikan dan keburukan kemarin sudah
tidak bisa diulang lagi. Adapun besok masih misteri, adakah yang menjamin kita
bernafas sampai mentari terbit esok hari. Tak ada! Maka segeralah beramal dan
kejarlah kebajikan saat ini juga.
Kedua: Karena
amal kita tidak mungkin dikerjakan oleh orang lain. Saat kita mulai baligh maka
saat itu juga kewajiban-kewajiban dipikulkan ke atas pundak kita. Masing-masing
akan datang kepada Allah dengan amal perbuatanya. Keshalihan seorang ayah tidak
bisa diandalkan anaknya. Iman tak dapat diwarisi begitu kata grup nasyid dari
negeri seberang.
Ketiga: Karena
kemulian derajat seseorang di sisi Allah disebabkan oleh kesungguhannya dalam
merespon seruan kebajikan dan mengamalkannya. Bayangkan jika orang tua kita
menyuruh untuk mengerjakan sesuatu hal, dan kita bersegera dalam melakukanya.
Orang tua akan senang melihat kita, namun sebaliknya orang tua akan merasa
marah dan jengkel jika kita menunda-nunda.
Keempat:
Karena setiap waktu ada momennya sendiri. Setiap waktu ada tuntutan amalnya.
Banyak sekali amal perbuatan yang terkait dengan waktu. Jika waktunya habis
maka berakhirlah kesempatan untuk beramal. Contohnya shalat, puasa, haji dan
lain sebagainya.
Kelima:
Kesempatan beramal diberikan kepada seseorang pada waktu-waktu tertentu. Orang
kaya diberi kesempatan beramal selagi ia masih kaya. Orang berilmu diberi
kesempatan beramal dengan ilmunya. Seorang pemimpin diberi kesempatan beramal
dengan kekuasannya.
Itulah
sebabnya kenapa kita harus menyegarakan untuk beramal. Jangan sampai Allah
menyabut kesempatan itu dari diri kita sedangkan kita tak bisa lagi berbuat.
Kesehatan, waktu luang, hidup, masa muda
dan kekayaan adalah kesempatan untuk beramal.
Sobat muda,
tak ada lagi waktu untuk berpikir. Saat inilah waktumu. Segeralah beramal
sesuai dengan tuntutan waktunya. Kejarlah kebajikan sampai ke liang lahat.
Wallahu’alam.
0 komentar:
Posting Komentar