 Apakah kita takut dengan mati? Sesungguhnya kematian baik  disebabkan pembunuhan atau kanker semua sama. Kita semuanya menunggu akhir dari kehidupan kita. Tidak akan ada yang berubah , apakah dengan Apache atau dengan berhentinya detak jantung. Saya lebih suka memilih dengan Apache… (Dr. Abdul Aziz Ar Rantisi).
Apakah kita takut dengan mati? Sesungguhnya kematian baik  disebabkan pembunuhan atau kanker semua sama. Kita semuanya menunggu akhir dari kehidupan kita. Tidak akan ada yang berubah , apakah dengan Apache atau dengan berhentinya detak jantung. Saya lebih suka memilih dengan Apache… (Dr. Abdul Aziz Ar Rantisi).Nama lengkap beliau adalah Abdul Aziz Ali Abdul Hafizh Ar Rantisi dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1948 di sebuah desa Yabna antara Asqalan dan Yafa kemudian pindah ke Gaza. Pada umur 8 tahun orang tuanya meninggal, Ar Rantisi kecil tumbuh dalam keluarga besar yang terdiri dari delapan orang saudara laki-laki ditambah dengan dua orang saudara perempuan.
Ar Rantisi adalah seorang yang berprestasi dalam belajar, ia menamatkan Madrasah Tsanawi pada tahun 1965, kemudian melanjutkan di sebuah universitas di Alexandria fakultas kedokteran dan selesai pada tahun 1971 lalu kembali ke Gaza dan bekerja di rumah sakit An Nashir.
Beliau juga seorang yang sangat robbani, Syaikh Muhammad An Najar salah seorang pimpinan jama’ah ikhwan di khana Yunus mengatakan kepada Islamonline.net : Saya mengenal Dr.Abdul Aziz Ar Rantisi semenjak tahun 1976 sebagai seorang dokter yang yang mengobati anak-anak saya, dan saya merasakan keikhlasan dan pengorbanan beliau.
Dan semenjak pertemuan pertama dengan beliau bahwasanya ia adalah sosok yang luar biasa dan bukan manusia dunia. Beliau juga seorang yang ikhlas dan itqon dalam beramal. Dan juga membaktikan hidupnya dalam dakwah lewat pekerjaannya di rumah sakit, beliau selalu berusaha memberikan pemahaman keislaman terhadap pasiennya.
Muhammad saudara kandung dari Dr. Abdul Aziz Ar Rantisi menuturkan bahwa beliau sangat cinta akan kesyahidan. Suatu malam ketika aku menginap dirumahnya, ditengah malam beliau mendirikan qiyamul lail sedangkan aku tidur, dan ketika fajr tiba kami sholat berjama’ah ditengah sholat beliau berdoa dalam qunutnya : Ya Allah karuniakanlah kepadaku mati syahid…dan beliau mengulangnya beberapa kali. Sampai akhirnya Allah mengabulkan doanya pada hari sabtu 17 April 2004 bersama dua orang pengawalnya.
Berani itulah karakter dari beliau sehingga ia digelari dengan Singa Al Aqsha, dan juga sebagai salah satu pendiri Harakah Al Muqawwamah Al Islamiyah yang mempunyai pengaruh kuat dalam intifadhah al mubarakah.  Semenjak syahidnya Amir As Syuhada’ Syaikh Ahmad Yassin pada tanggal 22 maret 2004, beliau menjadi pengganti posisi Syaikh Ahmad Yassin sebagai tampuk kepemimpinan Hamas. 
Sejak itu beliau sudah memasrahkan hidupnya kepada Allah Swt, bahwa kematian di tangan Allah, dan bukan di tangan Sharon atau Bush, tapi mereka hanyalah sebagai wasilah, semoga Allah mengaruniakanku sebagai syahid. Wallahu’alam
Kairo, 20 Juli 2009
Istana Riau.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 Postingan
Postingan
 
 
0 komentar:
Posting Komentar