Kenapa harus puas dengan nilai makbul kalau kita bisa meraih jayyid jiddan bahkan imtiyaz. Itulah penyakit mental yang harus segera diobati, kebanyakan kita masih memiliki mental pecundang, tidak pede dengan diri sendiri dan menganggap dirinya sebagai orang yang tidak penting. Kedepan hal ini harus kita ubah, karena Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk berputus asa. Kita harus berjuang dan memiliki mental sang jawara.
Rasulullah saw teladan kita di dunia dan di akhirat mengajari kita untuk memiliki hadaf yang tinggi, jika engkau meminta sorga maka mintalah sorga firdaus yaitu tingkatan sorga yang paling tinggi. Begitulah seharusnya kita dalam hidup ini, jangan pernah puas dengan apa yang telah kita capai, karena sesungguhnya apa yang telah kita dapatkan masih belum seberapa dibanding ilmu Allah yang begitu luas.
Kalau kita pikirkan ayat Al Qur’an yang pertama kali adalah ayat yang memerintahkan untuk menuntut ilmu, Iqra’ dan bukan ayat yang memerintahkan untuk beribadah. Itu artinya setiap segala sesuatu itu harus mempunyai ilmu dulu termasuk dalam hal ibadah, karena di dalam beribadah ada dua syarat yang harus kita penuhi yaitu: mengikuti cara Rasul dan ikhlas semata-mata hanya karena-Nya. Kedua hal tersebut harus kita ketahui denga benar dan tidak ada caranya selain menuntut ilmu.
Dalam menuntut ilmu kita juga dituntut untuk berprestasi, kenapa harus berprestasi? Karena prestasi adalah tuntutan agama kita. Dan untuk berprestasi setidaknya ada empat poin yang harus kita milliki, pertama: azzam yang kuat, sebagai seorang tholibul ilmi kita harus mempunyai tekad yang kuat dalam menempuh jalan juang ini, karena di dalam menuntut ilmu sangat banyak aral rintangan yang akan menghadang, makanya Bapak Duta Besar Indonesia menasehati masisir untuk menggali ilmu tanpa syarat, artinya jika membuat syarat dalam menuntut ilmu maka hal itu hanya akan membuat kita susah bahkan bisa menjauhkan kita dalam ilmu sendiri. Contoh kecil ketika kita kuliah, jangan sampai kita tidak kuliah karena hanya Duktur yang berbahasa amiyah atau transpotasi yang padat.
Kedua: Komitmen yang jujur, tidak cukup hanya menuliskan target dalam selembar kertas, tapi harus direalisasikan semaksimal mungkin. Dalam perjuangan sangat dituntut komitmen, karena tanpa komitmen semuanya tidak akan tercapai memuaskan.
Ketiga: Pengorbanan, ini yang sangat penting, Dalam mencapai kesuksesan pengorbanan sangat dibutuhkan, contohnya kita harus mengorbankan jatah tidur kita, mengorbankan janjian chat dan berani mengatakan tidak kepada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Keempat: Berprinsip, tidak mudah terpengaruh dengan tergoda dengan yang sifatnya hanya hura-hura dan menghabiskan waktu dalam permainan. Selalu tegar dalam mengahadapi berbagai macam kondisi. Tidak lupa bertawakkal kepada Allah swt, karena Dia lah yang maha kuasa atas segala-segalanya. Wallahumusta’an.

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 Postingan
Postingan
 
 
0 komentar:
Posting Komentar