 Ada nggak seh cowok yang bisa nangis? bisa aja kalee...kalo pas diputusin ama si doi. bahkan ada yang sampai depresi bin frustasi atawa bunuh diri. Naudzubillah. tapi kenapa yha banyak cowok yang tega ngelakuin hal-hal yang menjatuhkan harga diri mereka lalu terjerumus dalam lembah kehinaan.
Ada nggak seh cowok yang bisa nangis? bisa aja kalee...kalo pas diputusin ama si doi. bahkan ada yang sampai depresi bin frustasi atawa bunuh diri. Naudzubillah. tapi kenapa yha banyak cowok yang tega ngelakuin hal-hal yang menjatuhkan harga diri mereka lalu terjerumus dalam lembah kehinaan.Jawabannya mudah aja bro, because...mereka tak paham arti cinta yang sesungguhnya, ceilee..sok mantap! menurut mereka cinta hanyalah tergantung dengan apa yang dicintai istilah kerennya "to be loved". Bukan mencinta "to love" atau kemampuan untuk mencintai.
Untuk lebih jelasnya kita akan dengarkan cerita dari sahabat yang mulya Umar bin Khattab.
"Ya Rasulullah" kata Umar perlahan aku mencintaimu seperti aku mencintai diriku sendiri. 
Beliau Sallallahu alaihi wassalam tersenyum, Tidak wahai Umar, engkau harus mencintaiku melebihi pada diri dan keluargamu.
"Ya Rasulullah" kata Umar, mulai saat ini engkau lebih aku cintai daripada apapun di dunia ini"
Nah begitulah wahai Umar.
Dalam dialog Umar dan Rasulullah di atas ada sesuatu yang unik. what's that? ada yang tahu nggak?! uniknya men, mengapa orang yang semacam Umar bin Khattab begitu mudah menata ulang cintanya dalam sekejap. Sebegitu mudahkah cinta diri digeser kebawah untuk memberi ruang lebih besar cinta pada sang Nabi? dalam waktu yang sangat singkat. Hanya sekejap.
Ternyata Cinta bagi Umar adalah kata kerja. Maka menata ulang cinta baginya  hanyalah menata ulang kerja dan amalnya dalam mencintai. Ia tak berumit-rumit apa yang ada dalam hati. Biarlah hati menjadi makmum bagi kerja-kerja cinta yang dilakukan oleh amal salihnya.
Jaman sekarang kita lebih memikirkan persoalan "dicintai". itu adalah sesuatu yang di luar kendali jiwa kita. mau dicintai atau tidak, kan terserah orang! kita nggak boleh maksa apalagi sambil merengek-rengek sambil mendendangkan lagu "cintailah diriku"..hehehe. 
Bro..dunia diluar sana punya perasaan sendiri, yang kadang secara aneh memutuskan siapa yang layak dicintai dan siapa yang tak layak.
Maka tugas kita sekarang boy...hanyalah mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik. baik dari segi keilmuannya, agamanya, skillnya de el el. Nggak usah repot-repot ke salon untuk memperganteng diri apalagi sampe ngerubah bentuk hidung atau segala macamnya. karena hal ini akan segera berakhir, disamping itu juga didasari dengan motif tertentu yang cepat terkuak (modal tampang buat mikat cewek?! cowok sissy! Cape' dhe...
Dunia kata Marian Salzman, jauh lebih berharap kepada pria-pria yang mengahabiskan waktunya untuk membaca buku, mengikuti berbagai pelatihan, mencermati perkembangan mutakhir dan menganalisis berbagai peristiwa daripada mereka yang sibuk ke salon, menata rambut, mempermak wajah dan memadupadankan aksesorisnya.
Yha, Dunia sekarang berharap pada pria masa depan, pria yang memiliki perhatian besar terhadap nasib masyarakatnya, lingkungannya dan kemajuan dunia. Ketimbang mereka yang mengabiskan uangnya hanya untuk mempercantik kulit.
Sekedar catatan, bukan berarti mereka yang sibuk dengan seabrek aktifitasnya tidak menarik ketimbang cowok metroseksual dalam segi penampilan. Mereka menarik! uniknya ketertarikan mereka itu alami. pake baju apapun tetap saja menarik.
Apa rahasianya? Wallahualam. mungkin karena mereka lebih meletakkan harga diri mereka bukan pada penampilan fisik belaka. akan tetapi di otak yang cerdas, ide-ide cemerlang, antusiame dan kepedulian yang tinggi.
Now, dimanakah pria-pria masa depan tersebut berada? seperti nasyid yang didendangkan Izzatul Islam. "Di mana dicari pemuda Kahfi. Terasing demi kebenaran hakiki...?" pada tanya ini alangkah inginnya saya menjawab, "Mereka disini..di jalan cinta para pejuang!"
Akhrie. R
Negeri Cinta,  16 Februari 2011

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 Postingan
Postingan
 
 
0 komentar:
Posting Komentar