Mentari bersinar cerah di langit kota Kairo pagi itu, hiruk-pikuk anak-anak Mesir yang sekolahnya tak begitu jauh dari flat tempat tinggalku membuatku teringat akan masa kecilku di sebuah SD yang begitu indah dan damai, bermain dan bercanda bersama kawan-kawan seperjuangan. tapi sekarang mereka entah kemana, jauh mengembara dalam menggapai cita-cita mereka termasuk diriku yang kini merajut asa di Universitas Islam tertua di dunia.
Kulihat jadwal kuliah hari ini, ada pelajaran Ulumul Hadits bersama Dr. Muhammad Sayyid Ulwan setelah zuhur, tanpa pikir panjang, aku segera bersiap-siap berangkat ke Kampus. Sesampai di Kampus, Dr Sayyid belum datang, tapi aku tetap menunggunya di dalam kelas sambil mengulang pelajaran ilmu hadits tentang hadits Mursal. beberapa menit kemudian beliau datang dipandu oleh seorang mahasiswa karena mata beliau buta, Ada Thullabnya disini? "tanya beliau saat memasuki ruang kelas".. Aiwa ya Duktur teriak salah sorang teman dari Mesir.
Pelajaran dimulai, beliau menjelaskan tentang Hadist Muan'an serta hukumnya tanpa melihat buku karena ilmu beliau yang dalam dan hafalannya yang kuat. Di tengah penjelasannya beliau bertanya kepada kami, ada wafidin disini? tanya beliau. Aiwa Ya Duktur jawab seorang teman dari Pakistan. Ismak e?(siapa namamu?) Muhammad Rafiq..min ayyi bilad?( dari negara mana?) Pakistan..Lahore? Laa,(Bukan) Karachi jawab teman tersebut. jantungku berdegup kencang, takut kalau Dr. Sayyid bertanya padaku.
Sambil bergurau DR Sayyid mengatakan kalau orang Pakistan "Sbik English" dengan logat arabnya. ada lagi teman dari Zulqomar atau lebih dikenal Komoro ditanya oleh DR. Sayyid. min aina? Zulqomar. Saya nggak bisa bahasa Prancis..bou...bou sambil menirukan gaya bicara orang Prancis "ucap beliau". Akhirnya tibalah giliran diriku ditanya..Ismak e? Ramadan Ya Duktur..min aina? Indonesia. ana la afham holanda..."balas belaiu"(Saya nggak paham basaha Belanda) karena Indonesia dijajah oleh Belanda.
Begitulah Para Duktur yang ada di Al Azhar mereka sangat perhatian sekali terhadap mahasiswa asing yang sedang menimba ilmu di negeri seribu menara ini. karena mereka yakin bahwa kami adalah para duta bangsa yang akan memberikan pencerahan kepada segenap bangsa Indonesia.
Dan yang membuatku takjub adalah kebutaan mata para Duktur tidak menghalangi mereka dalam menuntut ilmu bahkan sampai ke jenjang Doktor...luar biasa..tidak hanya beliau saja yang buta matanya, ada juga namanya Dr. Thoha Dasuqi Al Hubaisi yang matanya juga buta. tapi Subhanallah... karangan beliau begitu banyak dan ketika belajar sama beliau, beliau hafal halaman berapa yang mesti kami buka.
Mereka adalah para ulama pewaris para nabi, meski mata mereka buta tapi hati mereka selalu melihat, melihat kebesaran Allah swt, begitu banyak orang yang matanya melihat tapi hatinya buta, tidak bisa melihat kebesaran dan tanda-tanda kekuasan Allah di muka bumi ini. bahkan Allah katakan di dalam Al Qur'an orang-orang yang mempunyai penglihatan tapi tidak melihat kebesaran Kami, mempunyai hati tapi tidak memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah, mereka itulah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat..naudzubilahmin dzalik.
Semoga kita bisa kembali merenungi segala yang Allah ciptakan di alam jagad raya ini, termasuk pada diri kita atau tubuh yang kita pakai ini yang Allah berikan segala perangkat yang serba canggih.
Saudaraku..ingatlah semua anggota tubuh kita ini akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya, untuk apa saja kita gunakan anggota tubuh ini. Sudahkah kita gerakkan untuk melangkah ke rumahNya dan untuk kebaikan..? Wallahu'alam
Cairo, 30 Maret 2010
Dibalik bisu sudut kota Kairo

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 Postingan
Postingan
 
 
0 komentar:
Posting Komentar