![]() |
| Masyikhah Al Azhar |
Bismillah
Saatnya saya kembali menulis diari. Diari yang bercerita tentang kehidupan saya sehari-hari. Agar segala sesuatu yang tak lupa dan akan menjadi sesuatu yang abadi. Hari ini saya akan bercerita tentang hari ini. Hari yang begitu special. Karena saya diamanahkan untuk menyampaikan materi ke Azhar-an dihadapan adik-adik mahasiswa baru.
Padahal baru tadi malam saya dikasih tahu untuk menyampaikan materi. Akhirnya saya persiapkan materi dengan membaca sejarah Al Azhar. Kebetulan dalam laptopku ada beberapa artikel yang berkenaan dengan sejarah Al Azhar. Dalam waktu yang sangat singkat saya mencoba untuk menguasai sejarah Al Azhar dari awal berdirinya.
Tak lupa saya juga catat hal-hal penting, agar tak lupa untuk disampaikan. Tepat pukul 07:30 pagi saya sudah berangkat ke Konsuler KBRI yang terletak di kawasan Mutsallas. Sudah banyak terlihat di sana mahasiswa-mahasiswa baru dengan pakaian rapi plus sepatu tengah menuggu bus yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Wajah mereka tampak begitu cerah, sebab hari ini mereka akan di ajak jalan-jalan sambil mendapatkan materi dari beberapa mentor. Termasuk diriku yang ditunjuk sebagai mentor.
Ada empat bus besar yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Tujuan pertamanya adalah kampus Al Azhar yang terletak di Hay Sadis, sekaligus berkunjung ke makam mantan Presiden Mesir Anwar Sadat tempat ia ditembak ketika parade militer. Setelah puas berpoto-poto ria di bawah segitiga yang berbentuk piramida yang menaungi makam Anwar Sadat, Bus langsung berangkat menuju ke Darrasah “Masjid Al Azhar”. Nah, di masjid inilah nanti saya akan menerangkan sejarah Al Azhar dari awal.
Kebetulan hari ini jum'at, maka kami bersiap-siap untuk melaksanakan sholat jum'at. Masjid Al Azhar selalu penuh ketika sholat jum'at. Maklum karena masjid Al Azhar termasuk masjid terbesar di Kairo dan khotibnya adalah Syekh Shalah Nashar, salah satu ulama besar di Al Azhar.
Usai melaksanakan sholat jum'at. Mahasiswa baru kembali berkumpul untuk pembagian kelompok. Setiap kelompok dibagi sekitar 15 orang. Dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang mentor. Nah, saya dengan gaya sok mantab kembali menerangkan sejarah Al Azhar dari awal bermula (hehe).
Sebelum menerangkan saya mencoba untuk sealami mungkin. Saya tidak ingin mengulangi kekonyolan di depan orang rame. Malu kadang kalau suara kita dibuat-buat, atau melawak dibuat-buat. Jadi lucu apalagi di depan insan intelektual. Makanya saya berusaha untuk pede dan dengan gaya sok jaim. Dengan nada suara yang biasa-biasa tapi mantab. Cieehh..
Masjid Al Azhar dibangun pada masa Dinasti Fatimiah yang bermazhabkan Syiah. Masjid ini dibangun pada tanggal 24 Jumadil Ula 359 H. oleh Jauhar As Shiqli, salah satu panglima perang Dinasti Fatimiah yang menaklukan Mesir. Tapi setelah Dinasti Fatimiah runtuh dan digantikan oleh Dinasti Ayyubiah. Shalahuddin Al Ayyubi mengganti mazhab syiah menjadi mazhab Sunni.
Orang Mesir pada umumnya tidak menyebut dengan masjid Al Azhar. Akan tetapi lebih akrab terdengar di telinga dengan sebutan jami' Al Azhar. Sebab secara bahasa jami' artinya tempat berkumpul. Al Azhar tidak hanya untuk sholat saja. Akan tetapi lebih dari itu, Al Azhar menjadi pusat ilmu pengetahuan, disana di adakan talaqqi majelis ilmu dari para masyaikh kepara para tholibul ilmi dari berbagai cabang ilmu agama, mulai dari ushul fiqh, tauhid, tafsir, hadits dan lain sebagainya.
Nama Al Azhar sendiri ada yang bilang diambil dari nama putri Rasulullah Fatimah Az Zahra. Ada juga yang bilang diambil dari kata-kata Az Zuhrah artinya bersinar. Karena masjid Al Azhar pada malam hari tampak terang dan indah.
Oh yha, dalam masjid Al Azhar ada ruangan-ruangan khusus tempat belajar dan tinggal pelajar-pelajar asing. Orang Mesir menyebutnya dengan ruwaq. Ada banyak ruwaq di dalam masjid Al Azhar. Diantaranya ada ruwaq Athraq untuk pelajar-pelajar dari Turki, ruwaq haramain untuk pelajar-pelajar berasal dari Mekkah dan Madinah, ruwaq Magharibah untuk pelajar dari Maroko, bahkan ada ruwaq jawa untuk orang-orang Indonesia dan negeri melayu lainnya.
Dari awal bermula Azhar didirikan ada sekitar 48 orang syekh yang memimpin Al Azhar. Syekh Azhar pertama bernama Syekh Abdullah Khurasi. Dan semua Syekh Al Azhar adalah orang Mesir asli kecuali dua orang. Syekh Hasan Al Athar dari Maroko dan Syekh Khuder Husen dari Tunisia. Sedangkan Syekh Al Azhar sekarang adalah Syekh Ahmad Thayyib, sebelum beliau adalah Syekh Sayyid Thantawi. Beliau adalah seorang mufassir dan mengarang kitab tafsir yang berjudul Tafsir Tanthawi.
Itulah sebagian maklumat yang saya sampaikan kepada adik-adik mahasiswa baru. Ala kuli hal semoga kita mendapatkan ilmu dari sumber yang benar-benar murni tanpa ada campur dari pemikiran-pemikiran sekuler dan liberal. Karena zaman sekarang banyak ilmu agama kadang dibalut dengan pemikiran-pemikiran yang nggak jelas dari barat.
Dari Masjid Al Azhar kami bertolak ke tempat selanjutnya yaitu Masjid Sulthan Hasan dan Masjid Rifa’i. Dua masjid besar ini berdiri kokoh berdampingan tepatnya di kawasan Sayyidah Aisyah dekat dengan Benteng Sholahuddin Al Ayyubi. Di sana kami melaksanakan sholat Ashar berjama’ah sambil tak lupa pose bersama di dalam masjid yang umurnya mencapai ratusan tahun tersebut.
Hari semakin beranjak senja. Tempat terakhir yang akan kami kunjungi adalah Jabal Muqottam. Salah satu tempat tertinggi di Mesir. Sehingga dari atas Jabal Muqottam kita bisa melihat kota Kairo dari atas puncak. Dari sana kami melihat sunset dihiasi bangunan-bangunan tua Kairo yang berbentuk kubus tersebut. Indah bangets apalagi ditemani istri (hehe).
Semoga hari esok lebih indah dari pada hari ini. Hari dimana tak ada lagi rasa sedih, sepi dan selalu heppi. Insya Allah kami akan songsong masa depan dengan penuh motivasi agar masuk ke dalam al firdausi. Amin…^_^



2 komentar:
the great posting...^_^,.
Makasih Nurul...Semoga bermanfaat! :)
Posting Komentar