Iman Itu Cinta

Rabu, 21 Desember 2011


Suatu ketika sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu berjalan-jalan ke pasar. Di tengah pasar, ia melihat toko yang menjual berbagai kain dan pakaian. Tiba-tiba ia melihat satu kain yang menurutnya sangat bagus sekali, sehingga ia berniat untuk membelinya. 

Wahai saudaraku, berapa harganya kain ini? "30 Dirham" jawab sang penjual. Tidak, kain ini tidak pantas 30 Dirham, aku akan membelinya 50 Dirham tutur sahabat Anas bin Malik RA. Sang penjual menjadi heran, bukannya ditawar lebih murah tapi malah dinaikkan menjadi 50 Dirham. Akhirnya kain tersebut dibeli oleh sahabat Anas bin Malik dengan harga yang ia pinta.


Dengan penuh keheranan penjual tersebut bertanya kepada sahabat Anas bin Malik RA. "Mengapa engkau menaikkannya menjadi lebih mahal wahai saudaraku?" Demi Allah, jika saya adalah dirimu yang menjual kain ini maka saya suka menjualnya dengan harga 50 Dirham. Sebab saya pernah dengar kekasihku Rasulullah Saw mengatakan "La yu'minu ahadakum hatta yuhibbu akhihi kama yuhibu linafsihi." (Tidak beriman seseorang sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencitai  dirinya sendiri)

Hadits ini rasanya sudah sering kita dengar, bahkan hadits ini termasuk salah satu diantara Hadits Arbain yang dikarang oleh Imam Nawawi. Ada apa dengan hadits ini sehingga membuat sahabat Anas bin Malik radhiyallahuanhu dengan ikhlas menaikkan harga kain tersebut 20 Dirham dari yang sebelumnya.

Yha, begitulah seharusnya sikap seorang mukmin kepada saudaranya. Ia menganggap kepentingan atau keperluan saudaranya sama pentingnya dengan keperluan dirinya sendiri. Meskipun kita akui bahwa setiap kita mempunyai sikap lebih mencintai diri sendiri. Tak ada salahnya, tapi jangan sampai kecintaan kepada diri pribadi membuat kita lupa hak dan kewajiban kita terhadap saudara yang lain.  

Sebab, jika kita telah meremehkan hak saudara kita maka Rasulullah Saw menganggap kita belum beriman. Tak mudah memang mengatakan kita beriman begitu saja. Harus ada konsekwensi yang harus kita laksanakan sebagai mukmin, diantaranya cinta dengan sesama serta peduli dengan nasib dan keperluan mereka.

Sebagai manusia biasa yang notabene makhluk sosial, kita pasti dan mau tidak mau membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita. Makanya Allah memerintahkan kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan kepada sesama manusia. Tidak terbatas kepada orang beriman saja, bahkan orang non muslim pun wajib kita bantu selama tidak bermaksud untuk menghancurkan Islam. 

Cinta kepada saudara berarti siap berkorban dalam membantunya. Membantunya dalam hal apa saja, terutama membantunya untuk taat kepada Allah Swt. Sebab, sifat manusia yang sering lalai dan lupa harus ada yang mengingatkannya kepada jalan kebenaran. "Dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam hal kesabaran." Begitu kata Allah dalam surat Al Ashr.

Rasulullah Saw suri tauladan umat ini adalah orang yang sangat peduli terhadap para sahabatnya. Jika satu orang sahabat saja tidak hadir dalam sholat jama'ah, ia akan menanyakannya, kemana si fulan? Bahkan terhadap wanita tua berkulit hitam yang kerjanya menyapu masjid, hingga suatu ketika wanita ini meninggal tanpa sepengetahuan Rasulullah. Ketika ditanya kepada para sahabat, barulah beliau tahu bahwa wanita tersebut telah meninggal. Rasulullah pun pergi berziarah ke kuburannya dan menyalatkannya.

Abdullah bin Umar meriwayatkan, ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya, "Rasulullah, siapakah yang paling dicintai Allah?", Rasulullah saw menjawab, "orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling banyak jasanya kepada orang lain. Sedangkan Amal yang paling dicintai Allah adalah membahagiakan orang lain, dengan cara menolongnya dalam menghadapi masalah, membayarkan hutangnya, atau membuang rasa laparnya. Ketahuilah, berjalan bersama seseorang untuk satu keperluan, lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ku ini selama sebulan. Selain itu, orang yang mampu menahan rasa marahnya, meskipun dia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat nanti, Allah pasti memenuhi hatinya dengan keridhaan. Sedangkan, orang yang mendampingi saudaranya untuk suatu keperluan hingga tercapai, dimana banyak kaki tergelincir, Allah pasti menetapkan kedua kakinya." (HR Abu al-Qasim al-Ashfahani)

Salam Cinta 

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Generasi Rabbani All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.