Membaca Ciri Orang Sukses

Selasa, 06 Maret 2012


Pulang dari masjid As Salam seusai sholat zuhur saya berencana untuk membeli beberapa snack di sebuah warung kecil. Orang Mesir biasanya bilang kusyk. Di dalam kusyk ini banyak dijual makanan-makanan ringan serta koran-koran harian Mesir. Hampir di setiap persimpangan jalan kota Kairo kita akan mudah menemumkan warung kecil ini.

Ketika ingin membeli roti wafer kesukaan, saya melihat beberapa buku yang tergeletak di depan kusyk. Tiba-tiba mata saya tertuju pada suatu buku yang cukup menarik judulnya "Muslimun wa Auroba". Bagus juga nih buku pikirku dalam hati. Akhirnya kutanya harga buku tersebut kepada mama yang jual "bikam dha ya mama? maktub alaih jawabnya". Langsung saja ku rogoh uang dalam saku baju yang telah kupersiapkan dari tadi.

Kalo cerita tentang buku Mesir memang gudangnya. Inilah salah satu kelebihan belajar di negeri para nabi ini. Sangat banyak referensi yang bisa kita dapatkan di sini. Meskipun harga buku terkadang lumayan mahal. Tergantung cetakannnya sih, kalo cetakan bagus jelas lebih mahal. Seperti cetakan Dar As Salam. Tapi ada juga yang cetakan standar seperti Dar Al Hadits yang letaknya tepat di depan Universitas Al Azhar Kairo.

Buku itu buat dipajang atau dibaca sih? Ya jelas dibaca lha bro. Tapi kadang kita udah banyak ngeborong berbagai kitab. Sampai di rumah kitab itu hanya menjadi pajangan dan jarang dibuka. Seharusnya kita menyediakan waktu khusus untuk membaca buku terutama buku-buku diktat kuliah. Karena inilah yang prioritas. 

Adapun selanjutnya adalah buku-buku yang kita suka dan minati. Jangan pernah baca buku yang kita tidak sukai. Sebab itu tak bertahan lama. Baru dua sampai tiga lembar baca udah ngantuk dan malah bikin pusing. Jadi, bacalah buku-buku yang memang kita suka untuk mendalaminya. Saya sendiri lebih suka membaca buku-buku motivasi, buku pelembut hati, dan buku tentang harakah Islamiah tanpa meninggalkan bacaan asasi kita seperti Al Qur'an dan Hadits.

Jika kita lihat negara-negara maju di dunia adalah negara yang notabene penduduknya sangat suka membaca. Dimanapun dan kapanpun. Baik di rumah, perjalanan, antrian, taman dan dalam berbagai waktu kosong. Namun bagi kita budaya ini terasa asing. Bahkan seorang teman saya pernah bercerita ketika ia pulang ke Indonesia. Ia membaca Al Qur'an dalam sebuah angkot seperti yang ia lakukan ketika berada di dalam bus-bus Kairo. Orang-orang melihat aneh kepada kawan saya tadi.

Dr. Aidh al-Qarni, di dalam bukunya Majalis al-Adab menyebutkan bahwa Abdul Rahman Badawi pernah mengatakan, “Ilmu pengetahuan dan wawasan itu memiliki tiga pondasi; membaca, membaca, dan membaca”.

Seorang teman saya pernah menulis dalam sebuah buletin bahwa "kita umumnya masih saja membawa kebiasaan kita dari kampung, yaitu malas membaca. Kita lebih memilih berlama-lama cengengesan di depan komputer atau adu gengsi selama berjam-jam untuk main game. Lalu kapan kita bisa menyerap ilmunya Al-Azhar, yang notabene tujuan utama kita meninggalkan kampung halaman?

Begitu juga dengan akal kita, jika tidak membaca, ia akan tetap kerdil, sempit, dan tidak akan berkembang selamanya. Hari kemarin seperti hari ini, begitu juga esok hari, selama kita tidak membaca. Kapasitas kita sebelum berangkat meninggalkan kampung halaman menuju negeri Piramid ini, akan sama ketika kita pulang nantinya. Dan tentu hal ini sangat tidak diinginkan oleh siapapun.

So, dari sekarang mari kita mulai membiasakan membaca. Karena tidak ada sejarahnya orang-orang sukses tanpa membaca. Membaca bukan sebuah hobi melainkan sebuah kewajiban. Maka nggak heran kenapa Allah menurunkan ayat pertama adalah perintah untuk membaca. Supaya umat ini menjadi umat yang terbaik! Iqra' Bismirobbika...

Akhrie Robbani

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2010-2011 Generasi Rabbani All Rights Reserved.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.